Glow Trap Bisa Rusak Kulitmu, Ini Faktanya

Glow Trap

lip-akko.com – Glow Trap, istilah yang menggambarkan obsesi kulit glowing ala influencer, jadi tren berbahaya di TikTok dan Instagram hingga September 2025. Banyak remaja dan dewasa muda tiru rutinitas skincare berlapis-lapis dari media sosial, akibatkan “influencer inflammation” seperti iritasi, kemerahan, hingga kerusakan skin barrier. Dr. Sandy Skotnicki, dokter kulit AS, sebut penggunaan bahan aktif seperti retinol dan AHA/BHA secara berlebihan picu masalah kulit. Artikel ini mengulas bahaya Glow Trap, penyebabnya, solusi perawatan sederhana, dampak lingkungan, dan prospek kecantikan sehat, per 29 September 2025, 09:05 WIB.

Glow Trap dan Bahaya Skincare Berlebihan

Glow Trap muncul saat pengguna meniru rutinitas influencer, seperti 10-12 langkah skincare, tanpa paham kebutuhan kulit. Selain itu, kombinasi bahan aktif seperti retinol, glycolic acid, dan niacinamide sekaligus picu iritasi, kemerahan, hingga kulit kering. Untuk itu, Dr. Sandy Skotnicki catat lonjakan pasien dengan dermatitis iritan akibat produk dari TikTok. Meski begitu, kulit setiap orang berbeda, terutama yang rentan jerawat atau eksim. Oleh karena itu, konsultasi dokter kulit penting sebelum ikut tren. Dengan demikian, Glow Trap bisa dihindari.

Penyebab Influencer Inflammation

Glow Trap erat kaitannya dengan fenomena “influencer inflammation”, istilah untuk kerusakan kulit akibat skincare berlebihan. Selain itu, iklan produk dengan label “sensitive” atau “fragrance-free” sering menyesatkan karena tetap mengandung essential oil yang memicu alergi. Untuk itu, konten promosi dengan tombol beli langsung sering prioritaskan cuan ketimbang edukasi. Meski begitu, banyak influencer tidak ungkap efek samping bahan aktif. Oleh karena itu, konsumen harus cerdas cek komposisi produk. Dengan demikian, risiko iritasi kulit bisa diminimalkan.

Solusi Perawatan Kulit Sederhana

Glow Trap bisa dihindari dengan kembali ke dasar perawatan kulit. Selain itu, Dr. Sandy anjurkan “product elimination diet”: gunakan pembersih lembut, pelembap, dan sunscreen tanpa pewangi atau formaldehida. Untuk itu, masukkan produk baru satu per satu untuk tahu mana yang cocok. Meski begitu, kulit sensitif perlu dosis rendah untuk bahan aktif seperti retinol. Oleh karena itu, cuci muka dengan air hangat dan hindari eksfoliasi berlebihan. Dengan demikian, kulit sehat dan glowing tercapai tanpa iritasi.

Dampak Lingkungan dari Obsesi Glowing

Glow Trap tidak hanya rusak kulit, tapi juga lingkungan. Selain itu, industri kosmetik hasilkan 120 juta kemasan plastik per tahun, sebagian besar tidak terdaur ulang. Untuk itu, botol skincare yang menumpuk di TPA Indonesia, yang kebanyakan kelola sampah dengan open dumping, cemari air dan tanah. Meski begitu, beberapa brand tawarkan kemasan ramah lingkungan. Oleh karena itu, pilih produk dengan wadah kaca atau isi ulang untuk kurangi sampah. Dengan demikian, kulit glowing tidak harus “glow down” bagi Bumi.

Prospek Tren Kecantikan Sehat

Glow Trap picu pergeseran menuju perawatan kulit minimalis. Selain itu, brand lokal seperti Skintific dan Somethinc promosikan produk dengan ceramide dan niacinamide dosis rendah, aman untuk skin barrier. Untuk itu, edukasi tentang jenis kulit dan bahan aktif makin gencar di media sosial. Meski begitu, produk palsu seperti Gloglowing, yang mengandung bahan berbahaya, masih jadi ancaman. Oleh karena itu, cek nomor BPOM dan beli dari toko resmi. Dengan demikian, tren kecantikan sehat akan dominasi 2025.

Kesimpulan

Hati-Hati! Glow Trap Bisa Rusak Kulitmu, Ini Faktanya ungkap bahaya obsesi kulit glowing ala influencer. Selain itu, Glow Trap picu “influencer inflammation” akibat skincare berlebihan. Untuk itu, perawatan sederhana dengan pembersih, pelembap, dan sunscreen cukup untuk kulit sehat. Meski begitu, dampak lingkungan dari kemasan plastik perlu perhatian. Dengan demikian, Glow Trap ajak kita bijak pilih produk dan utamakan kesehatan kulit serta Bumi.

Recommended Articles