Tabi Nails Nail Art Terinspirasi Sepatu Ikonik

Tabi Nails

lip-akko.com – Tabi Nails menggebrak dunia kecantikan dengan desain nail art yang terinspirasi dari sepatu Tabi Maison Margiela, sepatu belah jari ikonik sejak 1988. Tren ini, yang viral di TikTok dan Instagram hingga September 2025, menampilkan belahan kecil di ujung kuku, menyerupai split-toe sepatu Tabi yang terinspirasi dari sandal Jepang abad ke-15. Meski menuai kontroversi, dengan sebagian menyebutnya nyentrik dan lain menyebutnya aneh, Tabi Nails jadi kanvas ekspresi bagi pecinta fashion. Artikel ini mengulas asal tren, teknik pembuatan, estetika, respons publik, dan prospek Tabi Nails, per 29 September 2025, 09:02 WIB.

Tabi Nails dan Asal Inspirasi Sepatu Ikonik

Tabi Nails lahir dari sepatu Tabi Maison Margiela, yang debut pada 1988, mengadopsi desain sandal tradisional Jepang dengan belahan jari. Selain itu, sepatu ini, dijuluki “goat shoes” karena bentuknya menyerupai kuku kambing, jadi ikon fashion milenial dan Gen Z. Untuk itu, nail artist manfaatkan konsep split-toe ini, ciptakan belahan di ujung kuku. Meski begitu, tren ini awalnya hanya populer di kalangan fashionista eksentrik. Oleh karena itu, media sosial seperti TikTok mempercepat penyebarannya. Dengan demikian, Tabi Nails jadi simbol kreativitas fashion.

Teknik Pembuatan Tabi Nails

Tabi Nails dibuat dengan teknik presisi untuk tiru belahan sepatu Tabi. Selain itu, nail artist mulai dengan kuku oval atau medium-length, aplikasikan base coat warna natural seperti nude atau pink pucat. Untuk itu, belahan di ujung kuku dibentuk menggunakan gel atau akrilik, lalu diperkuat top coat untuk kilau tahan lama. Meski begitu, proses ini butuh keahlian agar belahan terlihat rapi tanpa merusak kuku. Oleh karena itu, beberapa salon tambahkan aksen 3D atau glitter untuk efek dramatis. Dengan demikian, desain ini menonjol sebagai karya seni mini.

Estetika dan Variasi Desain

Tabi Nails tawarkan estetika unik dengan fleksibilitas desain. Selain itu, variasi sederhana gunakan French tip dengan garis belahan halus, sementara desain berani pakai warna kontras seperti merah atau hitam, kadang dengan elemen 3D seperti mutiara kecil. Untuk itu, kuku pendek atau panjang bisa diadaptasi, meski kuku oval lebih ideal. Meski begitu, desain kompleks butuh perawatan ekstra agar tahan lama. Oleh karena itu, nail artist sarankan kunjungan rutin ke salon. Dengan demikian, Tabi Nails cocok untuk berbagai gaya fashion.

Respons Publik: Cinta atau Benci?

Tabi Nails picu perdebatan sengit di media sosial. Selain itu, pecinta fashion, terutama penggemar Maison Margiela, puji tren ini sebagai ekspresi seni yang berani. Untuk itu, influencer di Instagram pamerkan desain Tabi Nails dengan outfit avant-garde. Meski begitu, banyak pengguna sebut desain ini “aneh” atau “tidak praktis” untuk aktivitas harian. Oleh karena itu, tren ini lebih populer di kalangan fashionista ketimbang pengguna kasual. Dengan demikian, Tabi Nails tetap jadi topik hangat di dunia kecantikan.

Prospek Tren Tabi Nails ke Depan

Tabi Nails diprediksi terus berkembang, terutama di kalangan Gen Z dan pecinta fashion eksperimental. Selain itu, kolaborasi antara nail artist dan brand fashion, seperti Maison Margiela, bisa dorong inovasi desain. Untuk itu, salon di kota besar seperti Jakarta dan Bali mulai tawarkan paket Tabi Nails premium. Meski begitu, tantangan seperti biaya perawatan dan kepraktisan jadi hambatan. Oleh karena itu, nail artist kembangkan versi sederhana untuk pasar lebih luas. Dengan demikian, tren ini berpotensi jadi ikon kecantikan 2025.

Kesimpulan

Unik! Tabi Nails, Nail Art Terinspirasi Sepatu Ikonik tunjukkan bagaimana sepatu Tabi Maison Margiela menginspirasi seni kuku yang nyentrik. Selain itu, teknik presisi dan variasi desain beri kebebasan ekspresi. Untuk itu, respons publik yang terpolarisasi buktikan daya tariknya sebagai tren kontroversial. Meski begitu, perawatan dan kepraktisan jadi catatan. Dengan demikian, Tabi Nails wujudkan perpaduan fashion dan kecantikan yang berani, siap warnai tren 2025.

Recommended Articles